OTOKITA.ID – Ferrari Dituding Kehilangan Jiwa: Musim Formula 1 2025 belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan dari tim legendaris Ferrari.
Di tengah performa yang kurang memuaskan, mantan presiden Ferrari, Luca di Montezemolo, angkat bicara dengan nada kritis terhadap arah dan kepemimpinan tim saat ini.
Dalam komentarnya yang tajam, ia menyebut Ferrari sebagai “tim tanpa jiwa” — sebuah pernyataan yang menggambarkan kekecewaannya terhadap performa dan semangat skuad Maranello.
Ferrari Gagal Tampil Kompetitif di Awal Musim F1 2025
Memasuki tiga seri pembuka musim 2025, Ferrari belum mampu meraih hasil memuaskan. Dengan hanya mengumpulkan 35 poin, tim Kuda Jingkrak tercecer di posisi keempat klasemen konstruktor, tertinggal jauh dari pemuncak klasemen, McLaren, yang mengoleksi 111 poin.
Walaupun Charles Leclerc sempat menunjukkan potensi dengan start dari baris terdepan di GP Bahrain, performa balapan tidak mampu mengubah nasib Ferrari.
Leclerc hanya mampu finis di posisi keempat, sementara rekan setimnya, Lewis Hamilton, yang menjalani musim pertamanya bersama Ferrari, berhasil finis kelima setelah start dari posisi sembilan.
Kritik Pedas Montezemolo: “Ferrari Kehilangan Kepemimpinan dan Gairah”
Kembalinya Luca di Montezemolo ke paddock F1 untuk pertama kalinya sejak GP Italia 2014 membawa nuansa emosional.
Namun, di balik nostalgia tersebut, ia tak ragu melontarkan kritik tajam terhadap kondisi Ferrari saat ini.
“Ini adalah tim yang pada waktu-waktu tertentu kekurangan pemimpin, kekurangan kepemimpinan dalam arti yang lebih luas,” ungkap pria berusia 77 tahun itu kepada Sky TV.
Ia menambahkan, “Saya sedih karena saya melihat tim tanpa jiwa. Ferrari adalah gairah, Ferrari bekerja siang dan malam, Ferrari tidak pernah menyerah.”
Montezemolo juga menyatakan harapannya bahwa musim ini Ferrari bisa lebih kompetitif sejak awal, sesuatu yang menurutnya gagal diwujudkan oleh tim di bawah kendali Frederic Vasseur, bos tim F1 Ferrari saat ini.
Transisi Besar Setelah Era Montezemolo
Sejak ditinggal Montezemolo, Ferrari mengalami sejumlah perubahan struktural, termasuk pemisahan dari Fiat Chrysler yang kini menjadi bagian dari Stellantis.
Di bawah manajemen baru, ekspektasi terhadap kebangkitan Ferrari di lintasan sangat tinggi, terutama setelah kehadiran Lewis Hamilton yang meninggalkan Mercedes untuk bergabung dengan Ferrari.
Namun, performa yang belum konsisten di awal musim dan ketidakmampuan meraih podium menjadi alarm bagi tim legendaris tersebut.
Ferrari Butuh Jiwa, Bukan Sekadar Mesin Kencang
Komentar dari Luca di Montezemolo menjadi cerminan dari keresahan banyak penggemar Ferrari.
Tim ini tak hanya dituntut untuk cepat, tetapi juga dituntut memiliki semangat juang dan karakter yang telah lama menjadi identitas Kuda Jingkrak.
Musim masih panjang, namun jika Ferrari ingin kembali menjadi penantang gelar sejati, mereka harus menemukan kembali “jiwa” yang sempat hilang—jiwa yang dulu menjadikan mereka simbol kebanggaan dan dominasi di dunia balap Formula 1.OTOKITA