OTOKITA.ID – Neta Terancam Bangkrut: Industri otomotif kembali dikejutkan dengan kabar buruk dari Neta, salah satu produsen mobil listrik asal Tiongkok.
Perusahaan ini tengah menghadapi krisis keuangan serius yang berdampak besar pada operasionalnya.
Bahkan, tim riset dan pengembangan (R&D) dikabarkan akan dibubarkan, sementara gaji karyawan masih belum dibayarkan. Kondisi ini memicu spekulasi bahwa Neta berada di ambang kebangkrutan.
Krisis Keuangan Memukul R&D dan Karyawan
Neta saat ini mengalami masalah keuangan yang mengancam kelangsungan bisnisnya. Sebagai langkah pemangkasan biaya, perusahaan telah menawarkan pesangon kepada karyawan yang bersedia menandatangani surat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Hingga kini, tercatat sekitar 200 karyawan telah meninggalkan perusahaan dari total 1.700 tenaga kerja yang ada.
Selain itu, dampak finansial juga terlihat dari pemotongan gaji besar-besaran. Karyawan yang bertahan mengalami penurunan gaji hingga 75% dibandingkan sebelum Oktober 2023.
Sementara itu, karyawan yang telah keluar hanya menerima upah minimum Shanghai. Ironisnya, kompensasi yang dijanjikan sejak November 2023 hingga kini masih belum dibayarkan.
Penjualan Neta Anjlok Drastis
Krisis ini diperparah dengan penurunan tajam dalam penjualan mobil listrik Neta. Data dari China EV DataTracker menunjukkan bahwa pada Januari 2024, penjualan Neta turun hingga 98%. Bahkan, pada Februari, jumlah penjualan mobilnya tidak mencapai 400 unit.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan daya saing Neta di pasar kendaraan listrik yang semakin kompetitif.
Tak hanya itu, Neta juga mengalami kendala dengan pemasok komponen. Beberapa pemasok yang belum menerima pembayaran bahkan mendatangi kantor pusat Neta di Shanghai untuk menuntut hak mereka. Sebagian dari mereka bahkan memilih untuk bermalam di kantor sebagai bentuk protes.
Strategi CEO Baru untuk Menyelamatkan Neta
Krisis ini disebut-sebut merupakan dampak dari strategi CEO sebelumnya yang terlalu fokus pada penjualan B2B.
Untuk menyelamatkan perusahaan, pendiri Neta, Fang Yunzhou, kembali menjabat sebagai CEO.
Ia berencana melakukan restrukturisasi dengan mengalihkan fokus ke pasar luar negeri dan produk yang lebih menguntungkan.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi Neta adalah beban hutang yang mencapai 10 miliar yuan (sekitar US$1,4 miliar).
Kondisi ini membuat banyak pihak meragukan kemampuan perusahaan untuk pulih dari krisis keuangan yang tengah melanda.
Meskipun Neta dikabarkan telah mendapatkan suntikan dana 6 miliar yuan, jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk mengatasi krisis yang terjadi.
Kini, nasib Neta bergantung pada efektivitas restrukturisasi yang dilakukan oleh CEO barunya.OTOKITA